Manusia tak
pernah mengetahui takdirnya. Begitu pula dengan anak-anak pedalaman, khususnya
saya pedalaman Kalimantan Selatan, tepatnya di Kec. Danau Panggang, Kab. Hulu
Sungai Utara-Amuntai. Saya adalah alumni dari salah satu sekolah swasta di Kab.
Hulu Sungai Utara. Sekolah saya adalah Madrasah Aliyah Nurul Hidayah Teluk
Mesjid yang didirikan pada tahun 2005 dan saya merupakan angkatan kedua dari
sekolah tersebut.
Sewaktu
sekolah, tak pernah terlintas dipikiran saya akan kuliah, karena saya tahu
keadaan ekonomi yang tidak berkecukupan. Hal itulah yang membuat saya untuk
tidak bermimpi, lebih tepatnya berkhayal. Saya menjalani waktu sekolah sama
seperti anak-anak lainnya, tak ada yang istimewa dihidup saya saat itu.
Tahun 2009
datang. Mei 2009 merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh para siswa SLTA,
karena pada bulan itu hasil UN akan diumumkan. Dan Alhamdulillah saya
pun lulus. Saya senang sekali bisa lulus dengan predikat terbaik disekolah.
Rasa senang itupun bercampur dengan bingung. Bingung apa yang harus saya
katakan saat ada teman yang bertanya akan melanjutkan kuliah kemana. Ingin
bilang tidak akan kuliah, saya malu dengan predikat terbaik saya. Masa siswa
terbaik tidak kuliah. Sia-sia predikat tersebut diselipkan dinama saya. Ingin
bilang saya akan kuliah di Perguruan Tinggi ini, tapi saya takut bohong. Lebih
baik saya diam.
Pada tahun
2007, Menteri Perindustrian membuat suatu peraturan yang tidak saya ketahui.
Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 19/M-IND/PER/2/2007 mengenai
penyelenggaraan beasiswa Tenaga Penyuluh Lapangan Industri Kecil dan Menengah,
dalam rangka mempercepat pertumbuhan IKM di provinsi maupun di kabupaten/kota. Kebetulan
saat itu saya sempat mengirim proposal beasiswa ke Kementerian Perindustrian.
Alhamdulillah, saya pun diterima disalah satu perguruan tinggi dibawah naungan
Kemenprin, yakni Akademi Pimpinan Perusahaan, Jaksel. Tanggal 5 september 2009
saya berangkat menuju Kota Jakarta, Kota Metropolitan yang tak pernah ku
bayangkan sebelumnya. Subhanallah, saya pun menginjakkan kali di Jakarta
dan melihat gedung-gedung bertingkat, merasakan stress saat jalanan macet,
berdesak-desakkan di Kereta Listrik, dan mengenal teman-teman dari berbagai
suku bangsa, berbagai bahasa, dan berbagai daerah. Sejak saat itu, saya
memiliki teman dari Sabang (Barat Indonesia) sampai Merauke (Timur Indonesia).
Sampai tulisan
ini diterbitkan, saya masih berstatus Mahasiswa Akademi Pimpinan Perusahaan
semester lima. Dan tidak lama lagi saya akan lulus dan mendapat gelar A.Md.
Lulus dan dapat gelar bukan akhir dari perjuangan seorang anak rantau di negeri
orang, namun menjadi awal perjuangan untuk menjadi seorang Tenaga Penyuluh
Lapangan Industri Kecil dan Menengah (TPL IKM) serta mampu mengembangkan IKM
didaerah masing-masing, sesuai dengan harapan Kemenprin saat membuat Peraturan
Menteri Perindustrian RI Nomor 19/M-IND/PER/2/2007 saat itu.
“Kayuh Baimbai Mambangun Banua”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar