Amuntai merupakan ibu kota dari
Kabupaten Hulu Sungai Utara. Salah satu kabupaten di provinsi KAL-SEL. Semua kota mempunyai
keunikan dan kekhasannya sendiri, begitu pula dengan kota amuntai ini. Dikota ini
terdapat fauna( binatang) khas, yaitu “itik mamar” ( di kenal dengan sebutan
itik alabio) dan ”Kerbau Rawa”. Kedua binatang ini dijadikan maskot kota amuntai, bahkan
di kota amuntai terdapat dua ekor patung itik yang sangat besar dan dua ekor
patung kerbau.
Pada umumnya orang mengenal itik alabio,
yang sebenarnya sentral penetasan dan peternakannya terdapat didesa mamar.
Desa ini terletak sekitar 5 Km dari kota Amuntai. Dimana didesa ini mayoritas
masyarakatnya beternak itik dan menetaskan telur itik. Dalam satu bulan ratusan
ribu anak itik ditetaskan didesa ini, untuk selanjutnya dipasarkan. Adapun
sebutan itik alabio karena tempat pemasaran utamanya terdapat di alabio
kecamatan Sungai Pandan.
Itik mamar sudah merambah pasar
nasional, bibit-bibit itik ini dipasarkan sampai keluar provinsi kalimantan
selatan. Harga itik dipatok dari besarnya permintaan , perbandingan antara itik
jantan dengan itik betina sangat jauh , dimana harga itik betina mencapai 300%
sampai 400% lebih mahal dari itik jantan.
Ada lagi fauna khas kota ini, yaitu “
Kerbau Rawa”,atau dengan sebutan masyarakat setempat dikenal dengan sebutan “Hadangan”. Disebut kerbau
rawa karena daerah peternakan dan pemeliharaannya didaerah rawa ( Perairan).
Hampir 80% wilayah Amuntai adalah lahan rawa. Tempat peternakan
terbesar kerbau rawa ini terdapat di kecamatan Danau Panggang, sekitar 25 Km
dari kota amuntai. Di kecamatan ini terdapat beberapa desa peternak kerbau
rawa, diantaranya desa sapala dan ambahai . Jumlah kerbau
yang diternakkan berjumlah puluhan sampai ratusan ekor, melebihi dari jumlah
penduduk disatu desa tersebut.
Kerbau – kerbau dilepas dari
kandanganya dari pagi hari . Kerbau-kerbau dilepas tanpa tali ikatan
dilehernya, dengan kata lain dilepas bebas. Tapi tentu saja dengan pengawasan
gembala gembalanya. Pengembala kerbau menggunakan sampan ( jukung ). Pada sore hari
kerbau-kerbau tersebut di bawa kembali kekandangnya oleh para gembala tadi. Kandang pada
masyarakat setempat dikenal dengan sebutan “ Kalang”
Kandang / Kalang terbuat dari
balok-balok kayu ulin yang disusun-susun dan ditanjapkan ketanah, pada malam
hari kerbau tidur dikandang tanpa ada atap perlindungan yang memadai,kerbau
termasuk hewan yang tahan terhadap cuaca dingin, dikarenakan mungkin karena
kulit kerbau yang tebal.
“Kayuh Baimbai Mambangun Banua”
Sumber :
Media Online (Internet)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar