Assalamu’alaikum…
Heloo sobat, bagaimana keadaan Anda hari ini? Saya harap, Anda sehat selalu.
Pada kesempatan kali ini, saya akan membagikan sebah artikel mengenai sejarah
mata uang Rupiah. Artikel ini
saya peroleh dari kegiatan Blogwalking. Silakan dibaca dan berikan komentar
Anda. Terima kasih…
Pernah
kepikiran kenapa mata uang Indonesia harus Rupiah. Kali ini mari kita bahas
ulasan mengenai asal usul rupiah yang notabene menjadi nama mata uang
Indonesia.
Perkataan
“rupiah” berasal dari perkataan “Rupee”, satuan mata uang India. Indonesia
telah menggunakan mata uang Gulden Belanda dari tahun 1610 hingga 1817. Setelah
tahun 1817, dikenalkan mata uang Gulden Hindia Belanda.
Mata
uang rupiah pertama kali diperkenalkan secara resmi pada waktu pendudukan
Jepang sewaktu Perang Dunia ke-2, dengan nama rupiah Hindia Belanda. Setelah
berakhirnya perang, Bank Jawa (Javaans Bank, selanjutnya menjadi BankIndonesia)
memperkenalkan mata uang rupiah jawa sebagai pengganti.
Mata
uang gulden NICA yang dibuat oleh Sekutu dan beberapa mata uang yang dicetak
kumpulan gerilya juga berlaku pada masa itu.
Mata
uang gulden NICA yang dibuat oleh Sekutu dan beberapa mata uang yang dicetak
kumpulan gerilya juga berlaku pada masa itu.
Sejak
2 November 1949, empat tahun setelah merdeka, Indonesia menetapkan Rupiah
sebagai mata uang kebangsaannya yang baru. Kepulauan Riau dan Irian Barat
memiliki variasi rupiah mereka sendiri tetapi penggunaan mereka dibubarkan pada
tahun 1964 di Riau dan 1974 di Irian Barat.
Krisis ekonomi Asia tahun 1998 menyebabkan nilai rupiah jatuh sebanyak 35% dan membawa kejatuhan pemerintahan Soeharto.
Krisis ekonomi Asia tahun 1998 menyebabkan nilai rupiah jatuh sebanyak 35% dan membawa kejatuhan pemerintahan Soeharto.
Rupiah
merupakan mata uang yang boleh ditukar dengan bebas tetapi didagangkan dengan
pinalti disebabkan kadar inflasi yang tinggi .
Satuan di bawah rupiah
Rupiah
memiliki satuan di bawahnya. Pada masa awal kemerdekaan, rupiah disamakan
nilainya dengan gulden Hindia Belanda, sehingga dipakai pula satuan-satuan yang
lebih kecil yang berlaku di masa kolonial.
Berikut
adalah satuan-satuan yang pernah dipakai namun tidak lagi dipakai karena
penurunan nilai rupiah menyebabkan satuan itu tidak bernilai penting.
* Sen, seperseratus rupiah (ada koin pecahan satu dan lima sen)
* Cepeng, hepeng, seperempat sen, dari feng, dipakai di kalangan Tionghoa peser, setengah sen.
* Sen, seperseratus rupiah (ada koin pecahan satu dan lima sen)
* Cepeng, hepeng, seperempat sen, dari feng, dipakai di kalangan Tionghoa peser, setengah sen.
*
Pincang, satu setengah sen.
*
Gobang atau benggol, dua setengah sen.
*
Ketip / kelip / stuiver (Bld.), lima sen (ada koin pecahannya).
*
Picis, sepuluh sen (ada koin pecahannya).
*
Tali, seperempat rupiah (25 sen, ada koin pecahan 25 dan 50 sen)
*
Terdapat pula satuan uang, yang nilainya adalah sepertiga tali.
Satuan di atas rupiah . Terdapat dua satuan di atas rupiah yang sekarang juga tidak dipakai lagi.
Satuan di atas rupiah . Terdapat dua satuan di atas rupiah yang sekarang juga tidak dipakai lagi.
*
Ringgit, dua setengah rupiah (pernah ada koin pecahannya).
*
Kupang, setengah ringgit
“Kayuh Baimbai Mambangun Banua”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar