Minggu, 28 April 2013

Tercipta untuk IKM

Manusia tak pernah mengetahui takdirnya. Begitu pula dengan anak-anak pedalaman, khususnya saya pedalaman Kalimantan Selatan, tepatnya di Kec. Danau Panggang, Kab. Hulu Sungai Utara-Amuntai. Saya adalah alumni dari salah satu sekolah swasta di Kab. Hulu Sungai Utara. Sekolah saya adalah Madrasah Aliyah Nurul Hidayah Teluk Mesjid yang didirikan pada tahun 2005 dan saya merupakan angkatan kedua dari sekolah tersebut.
Sewaktu sekolah, tak pernah terlintas dipikiran saya akan kuliah, karena saya tahu keadaan ekonomi yang tidak berkecukupan. Hal itulah yang membuat saya untuk tidak bermimpi, lebih tepatnya berkhayal. Saya menjalani waktu sekolah sama seperti anak-anak lainnya, tak ada yang istimewa dihidup saya saat itu.

Tahun 2009 datang. Mei 2009 merupakan bulan yang ditunggu-tunggu oleh para siswa SLTA, karena pada bulan itu hasil UN akan diumumkan. Dan Alhamdulillah saya pun lulus. Saya senang sekali bisa lulus dengan predikat terbaik disekolah. Rasa senang itupun bercampur dengan bingung. Bingung apa yang harus saya katakan saat ada teman yang bertanya akan melanjutkan kuliah kemana. Ingin bilang tidak akan kuliah, saya malu dengan predikat terbaik saya. Masa siswa terbaik tidak kuliah. Sia-sia predikat tersebut diselipkan dinama saya. Ingin bilang saya akan kuliah di Perguruan Tinggi ini, tapi saya takut bohong. Lebih baik saya diam.
Pada tahun 2007, Menteri Perindustrian membuat suatu peraturan yang tidak saya ketahui. Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 19/M-IND/PER/2/2007 mengenai penyelenggaraan beasiswa Tenaga Penyuluh Lapangan Industri Kecil dan Menengah, dalam rangka mempercepat pertumbuhan IKM di provinsi maupun di kabupaten/kota. Kebetulan saat itu saya sempat mengirim proposal beasiswa ke Kementerian Perindustrian.
Alhamdulillah, saya pun diterima disalah satu perguruan tinggi dibawah naungan Kemenprin, yakni Akademi Pimpinan Perusahaan, Jaksel. Tanggal 5 september 2009 saya berangkat menuju Kota Jakarta, Kota Metropolitan yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Subhanallah, saya pun menginjakkan kali di Jakarta dan melihat gedung-gedung bertingkat, merasakan stress saat jalanan macet, berdesak-desakkan di Kereta Listrik, dan mengenal teman-teman dari berbagai suku bangsa, berbagai bahasa, dan berbagai daerah. Sejak saat itu, saya memiliki teman dari Sabang (Barat Indonesia) sampai Merauke (Timur Indonesia).
Sampai tulisan ini diterbitkan, saya masih berstatus Mahasiswa Akademi Pimpinan Perusahaan semester lima. Dan tidak lama lagi saya akan lulus dan mendapat gelar A.Md. Lulus dan dapat gelar bukan akhir dari perjuangan seorang anak rantau di negeri orang, namun menjadi awal perjuangan untuk menjadi seorang Tenaga Penyuluh Lapangan Industri Kecil dan Menengah (TPL IKM) serta mampu mengembangkan IKM didaerah masing-masing, sesuai dengan harapan Kemenprin saat membuat Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 19/M-IND/PER/2/2007 saat itu.
Kayuh Baimbai Mambangun Banua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar