Assalamu’alaikum… Sobat, bagaimana keaadaan
Anda hari ini? Saya harap Anda sehat selalu. Pada kesempatan kali ini, saya
ingin berbagi cerita mengenai seorang Kiai yang mencari jodoh di tempat
pelacuran. Artikel ini saya peroleh dari kegiatan blogwalking. Silakan dibaca
dan berikan komentar Anda. Terima kasih…
Kiai
Marwan, adalah seorang kiai dari Nganjuk. Kiai ini sudah hampir mendekati lima
puluh tahun usianya, tetapi masih membujang. Keinginan untuk berkonsentrasi
sebagai Kiai tanpa menghiraukan urusan dunia termasuk wanita, membuatnya
menjadi bujang lapuk. Tapi soal kebutuhan penyaluran syahwat, tetap saja
mengusik setiap hari. Apalagi kalau ia berfikir, siapa nanti yang
meneruskan pesantrennya kalau ia tidak punya putra ?
Dengan segala
kejengkelan pada diri sendiri dan gemuruh jiwanya, akhirnya Kiai Marwan
melakukan istikharoh, mohon petunjuk kepada Allah, siapa sesungguhnya wanita
yang menjadi jodohnya?
Petunjuk yang
muncul dalam istikharoh, adalah agar Kiai Marwan mendatangi sebuah komplek
pelacuran terkenal di daerahnya. “Disanalah jodoh anda nanti…” kata suara dalam
istikharoh itu.
Tentu saja Kiai
Marwan menangis tak habis-habisnya, setengah memprotes Tuhannya. Kenapa ia
harus berjodoh dengan seorang pelacur ? Bagaimana kata para santri dan
masyarakat sekitar nanti, kalau Ibu Nyainya justru seorang pelacur? “Ya Allah…!
Apakah tidak ada perempuan lain di dunia ini ?”
Dengan tubuh
yang gontai, layaknya seorang yang sedang mabuk, Kiai Marwan nekad pergi ke
komplek pelacuran itu. Peluhnya membasahi seluruh tubuhnya, dan jantungnya
berdetak keras, ketika memasuki sebuah warung dari salah satu komplek itu.
Dengan kecemasan luar biasa, ia memandang seluruh wajah pelacur di sana,
sembari menduga-duga, siapa diantara mereka yang menjadi jodohnya.
Dalam keadaan
tak menentu, tiba-tiba muncul seorang perempuan muda yang cantik, berjilbab,
menenteng kopor besar, memasuki warung yang sama, dan duduk di dekat Kiai
Marwan. “Masya Allah, apa tidak salah perempuan cantik ini masuk ke warung
ini?” kata benaknya.
“Mbak, maaf,
Mbak. Mbak dari mana, kok datang kemari ? Apa Mbak tidak salah alamat ?” tanya
Kiai Marwan pada perempuan itu. Perempuan itu hanya menundukkan mukanya.
Lama-lama butiran airmatanya mulai mengembang dan menggores pipinya. Sambil
menatap dengan mata kosong, perempuan itu mulai mengisahkan perjalanannya,
hingga ke tempat pelacuran ini. Singkat cerita, perempuan itu minggat dari
rumah orang tuanya, memang sengaja ingin menjadi pelacur, gara-gara ia
dijodohkan paksa dengan pria yang tidak dicintainya.
“Masya Allah….
Masya Allah… Mbak.. Begini saja Mbak, Mbak ikut saya saja .…” kata Kiai Marwan,
sambil mengisahkan dirinya sendiri, kenapa ia pun juga sampai ke tempat
pelacuran itu. Dan tanpa mereka sadari, kedua makhluk itu akhirnya sepakat
untuk berjodoh.
Tidak jarang,
seorang Kiai, sering mempertaruhkan harga dirinya di depan pendukungnya,
ketimbang mempertaruhkan harga dirinya di depan Allah. Dan begitulah cara Allah
menyindir para Kiai, dengan menampilkan Kiai Marwan ini.?
Mari ambil
hikmah dari kisah singkat ini bahwa : Allah pasti telah menetapkan segalanya
yang terbaik untuk kita, tinggal bagaimana kita saja dapat menerimanya atau
tidak, Meskipun mungkin dengan cara-cara yang sama sekali tidak kita duga
sebelumnya
“Kayuh Baimbai Mambangun Banua”
Sumber :
wihans.web.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar